Aturan Untuk Konseling Psikologis Yang Efektif

Aturan Untuk Konseling Psikologis Yang Efektif
Aturan Untuk Konseling Psikologis Yang Efektif

Video: Aturan Untuk Konseling Psikologis Yang Efektif

Video: Aturan Untuk Konseling Psikologis Yang Efektif
Video: Learned Helplessness - KonselingOnline.com 2024, Mungkin
Anonim

Ada aturan dan pedoman umum untuk konseling yang harus diikuti oleh seorang psikolog. Prinsip-prinsip ini membuat pekerjaan konsultan dan klien lebih terstruktur dan efisien.

Aturan untuk konseling psikologis yang efe-t.webp
Aturan untuk konseling psikologis yang efe-t.webp
  1. Setiap klien adalah unik. Dua situasi yang identik pada prinsipnya tidak mungkin ada. Oleh karena itu, dalam konseling psikologis, pendekatan yang berpusat pada orang menjadi penting.
  2. Sikap, sikap dan sikap klien dapat berubah selama konsultasi. Munculnya masalah baru perlu diantisipasi.
  3. Masalah klien pertama-tama harus disadari oleh klien sendiri. Orang yang datang untuk konsultasi tanpa motivasi, lebih sering daripada tidak, tidak dapat menerima tanggung jawab atas keberadaan masalah dan solusi mereka selanjutnya.
  4. Kenyamanan dan keamanan klien adalah komponen utama dari konsultasi. Jika, dalam menyelesaikan masalahnya, seseorang mengalami ketidaknyamanan moral atau fisik, maka psikolog harus berhenti bekerja atau memindahkannya ke saluran lain.
  5. Psikolog harus menggunakan semua kualitas terbaiknya, baik profesional maupun pribadi, dalam proses konseling. Meskipun demikian, ia harus ingat bahwa peran utama dalam memecahkan masalah klien terletak pada klien itu sendiri. Jika masalah tidak terselesaikan, maka tidak perlu memaksakan kesalahan eksistensial pada diri sendiri karena hal ini.
  6. Hasil konseling mungkin tidak segera terlihat atau tertunda dalam waktu.
  7. Konsultan harus selalu mematuhi aturan etika profesi.
  8. Konseling harus didasarkan pada pengetahuan teoritis. Namun, kepercayaan yang berlebihan pada literatur pendidikan dan pengucilan total kualitas pribadi manusia dapat memberikan hasil konseling yang merusak.
  9. Konselor harus membedakan masalah dari dilema dan pertanyaan retoris.
  10. Proses konsultasi harus merupakan interaksi dua arah.

Direkomendasikan: