"Aku membalikkan seluruh jiwaku, dan kamu …!" - Anda sering dapat mendengar ungkapan ini dalam konteks hubungan yang berbeda (orang tua dan anak-anak, istri dan suami, guru dan siswa). Dan tidak mungkin orang yang dituju mengalami emosi positif sebagai balasannya.
Masalahnya adalah ungkapan ini tidak mengungkapkan kepercayaan dan keterbukaan. Ini adalah manipulasi rasa bersalah orang lain.
Keterbukaan
Keterbukaan dan kepercayaan, pertama-tama, adalah keberanian. Keberanian pribadi setiap orang untuk mengekspos dirinya pada kritik, cemoohan atau bahkan fitnah. Keterbukaan adalah kemampuan untuk bertanggung jawab atas konsekuensinya, atas kemampuan seseorang untuk menahan konsekuensi tersebut.
Kedua, kepercayaan dan keterbukaan adalah kesediaan untuk menahan keterbukaan dan kepercayaan dari pihak lain, untuk berdiri bersamanya di jalan yang sama bahu-membahu dan berjalan bersama.
Kepercayaan
Dalam dunia hubungan antar manusia, kita tidak pernah bisa mendapatkan jaminan bahwa tidak ada yang akan menyinggung kita. Orang lain tidak berkewajiban untuk menjaga kita, bertanggung jawab atas kita, dan membuat hidup kita aman.
Hanya orang itu sendiri yang memutuskan apakah akan mempertaruhkan keselamatannya. Apakah dia siap untuk bertanggung jawab atas kepercayaannya pada dunia, orang lain dan terbuka.
Jalan menuju kebahagiaan
Bagaimana seseorang bisa menjadi utuh dan mandiri? Bagaimana mendapatkan pengetahuan yang kuat tentang siapa dia dan apa dia sebenarnya? Bagaimana menjadikan diri Anda sebagai titik acuan dalam menilai kualitas Anda, hidup Anda, perbuatan Anda?
Terbuka, tidak takut untuk percaya dan mengambil risiko. Ini adalah jalan menuju kebahagiaan pribadi dan keintiman sejati.
Sampai kita berani percaya, kita tidak akan bisa merasakan detak jantung orang lain dua milimeter dari kita.